Sabtu, 10 Desember 2016

Pasar Bumiayu

Merasa bahwa judul postingan kali ini yang lebih tepat adalah pasar tradisional Induk Bumiayu. Kecamatan Bumiayu mempunyai 3 pasar tradisional yaitu pasar Induk, pasar Polis (karna letaknya deket kantor Polisi), dan pasar Cilik (kalau ditranslet ke bahasa Inggris jadi Mini Market). Tulisanku kali ini lebih ke Pasar Induk.


Hampir setiap hari kemari kalau lagi dirumah. Kalau dibulan puasa apalagi pas menjelang lebaran yang biasa dikenal dengan prepegan, aku bisa kesini kurang lebih 4 kali dalam sehari. Kalau ga sama nyokap, sama Mawar, sama bokap, bahkan sendirian. Aku sih seneng-seneng aja kemari secara instingku sebagai perempuan. Yang aku kurang seneng adalah kalau pergi kemarinya pas hujan atau pasca hujan. Eeww becek.

Udah mulai terjun ke sini semenjak kelas X, jadi tuh Bonyok bikin kue kering yang harus diantar kesini kalau ada yang memesan. Ada sekitar 10 lebih langganannya, dulu banyak hampir 25an tapi semakin kesini semakin berkurang karena faktor persaingan dan juga faktor pembayaran. Langganan bonyok yang sekarang lebih cepat memesan trus langsung bayar tunai disetiap pengiriman.

Disini, kecakepanku terakui dan terakreditasi bagus. Ini seriusan ga bohong. Hampir semua penjual bilang aku cakep terbukti dari ucapan yang keluar dan dengan sadar dan jelas sekali aku dengar pernyataan yang persuatif tersebut.

Nok ayu, kye rah pindange esih seger, gedhe-gedhe maning. Arep sepira?”

*dalam hati, ya Tuhan yang dia jual kan udah mati trus bau lagi, tapi bilangnya seger. Tapi ga papa, yang terpenting adalah dia bilang aku cakep.

golet apa nok ayu? Kye rah mene ora bakal mbebodo ikih, olih dinyang. Sog digolet karo dpilih”

*iuh, aku cari tahu aci banjaran yang tinggal goreng, tapi yang dia jual apa tau jadi aku berlalu jalan aja geleng-geleng sambil senyum.

lakban go panci bocor..., karet tutup panci...., lap..., asahan lading..., kancing dom..., murah-murah”
“pilih sing ndine nok ayu? apa kabeh

*senyum sambil bilang “mboten Pak” pas ditawarin sama abang asongan. Kasian aku sebenarnya. Atuh gimana lagi -__-

Itu beberapa ucapan reka ulang yang menyatakan bahwa aku cakep. Ada banyak sebenarnya tapi cukuplah sampel segitu, valid.

Nah tempat kongkow aku kalau lagi nganter Emak ke pasar adalah duduk ngantuk depan toko Wakrud sebrangnya eks losmen Tentram, mengamati aktivitas sekitar.

Tampak mobil bak terbuka yang terparkir membawa hasil pertanian dari dataran tinggi berupa sayur mayur. Dari arah utara datang barisan transformers yang terdiri dari bus mikro, mobil box, becak, ojek, motor, elp, truk dan juga angkudes. Sesuai akronimnya yaitu Angkutan Desa, tentu angkudes ini dari beberapa desa sekitaran  Bumiayu dengan ciri warna tertentu. Kebanyakan dari kecamatan Tonjong dan kecamatan Sirampog. Tak banyak yang berubah ciri warna tiap angkudes. Oren untuk Linggapura Tonjong, Kuning untuk Benda dan sekitarnya dan Hijau untuk Buniwah dan sekitarnya serta hijau gelap untuk Talok. Jadi ancot disini ga pake nomer kek yang ada dikota, dari warna kita bisa mengenali.

Dibahu jalan depan aku duduk, berderet rapi sepeda motor dengan berbagai jenis dan merk. Jika tampak kurang rapi, akan segera dirapikan oleh petugas parkir yang tengah berjaga. Hampir sama dengan suasana area parkir yang pernah kita jumpai ditepi jalan. Yang berbeda mungkin pelayanannya untuk tarif parkirnya sama, mau berapa jampun ya tetep bayar cibu. Kalau dikota 2000an.

Pernah begini, udah tengak-tengok memastikan keberadaan abang parkir dan yakin sekali bahwa ga ada karna lagi kemana tau (intinya aku mau kabur biar ga bayar parkir, hehehe) eh  tiba-tiba “prit... prit... prit...” tuh abang parkir nongol dan mendekat, kena deh !!!. Berulah kek gini ga sekali dua kali. Tapi itu dulu, jamannya khilaf. Biasalah kebawa temen, ngikut-ngikut orang lain juga (hehehe). Jangan ditiru boss, sungguh tidak mulia !!!. Ditambah karena adanya kesempatan juga berulah kek gini. Kata Bang Napi “kejahatan bukan hanya terjadi karna adanya niat pelaku, tapi juga karna adanya kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!”. Tau dah kalimatnya plek-jiplek kek begitu apa ga, lupa-lupa ingat.  

Alhamdulillaah sekarang udah ga lagi. Dipikir-pikir, juru parkir jelas sebuah pekerjaan. membantu dan menjaga motor kita dari oknum curanmor. Juga melindungi dari paparan sinar matahari yang mengandung UV A dan UV B yang membuat kullit motor kusam dan munculnya bintik hitam atau coklat. Juru parkir juga jelas bekerja, tidak meminta-minta. Jadi jangan merasa sayang lagi mengeluarkan uang cibu atau dua ribu untuk bayar parkir. Walaupun kita hanya parkir sebentar. Membiasakan berbagi, in sya Allah berkah.

Terkadang kalau lagi merasa hidup begini-begini saja dan membosankan, dengan mengamati kegiatan dipasar, muncul kembali rasa syukur.

Banyak kita jumpai perempuan yang sudah tidak muda lagi berkeliling, menjajakan barang dagangannya yang digendong dan ditenteng sambil terus berdoa segera laku, dan terjual habis. Ya walaupun laba yang didapat tidak seberapa tapi bagi mereaka apa yang telah diperoleh sungguh berarti. Tidak sedikit pula lelaki lanjut usia yang masih bekerja mengayuh becak dimana kalau aku menerapkan ilmu perkayongan maka akan didapat hasil demikian:

(Beban muatan) > ∑ (beban becak) + (beban tukang becak)

Itu baru beban nyata, belum beban ghaib seperti pikiran, perasaan dan hidup. Ya begitulah, rasa-rasanya sungguh tidak seimbang. Ga kebayang kalau melewati jalan menurun, apalagi menanjak.

Kita juga akan mudah menjumpai lelaki senja yang berprofesi bongkar muat. Maaf, umumnya disini menyebut kuli. Sulit menjumpai kuli yang muda.

Nah dari melihat mereka-mereka inilah timbul kembali rasa syukur. demikian beruntungnya hidupku dibandingkan mereka. Kesulitan, kesedihan dan apa yang aku rasa berat dalam menjalani hidup ini, tidak ada sekuku irenge dengan beban meraka. Alhamdulilaah... maafkan dan ampuni aku karna kufur akan nikmatMu!.  

Dulu ketika newbe jadi orang pasar, pernah menceritakan kepada bokap perihal rasa kasianku melihat banyak orang tua yang masih harus bekerja keras di usia yang seharusnya mereka nikmati bersama anak cucu dan juga membekali rohani mereka. Lantas beliau menanggapi dengan nasihat yang intinya kurang lebih sebagai berikut:
-----
5 perkara sebelum lima perkara: Sehat sebelum Sakit, Kaya sebelum Miskin, Lapang sebelum Sempit, Hidup sebelum Mati, Muda sebelum Tua.

Hidup ini hanya sekali, sangat berharga. Pun dengan masa mudamu, juga sekali, sangat-sangat berharga. Maka isilah dengan sesuatu yang bermanfaat agar tidak menyesal kemudian hari. Disekitar kita, mudah kita jumpai orang dengan usia yang sudah kesana yang hanya bisa menyesal menatap masa lalunya yang lewat sisa-sia. Sekolah tidak beres, kerja tidak serius, hanya bisa menghabiskan waktu mubazir. 

Apa yang kau lihat bisa jadi merupakan contoh nyata sebab-akibat dari masa mudanya yang dia tidak manfaatkan sebaik mungkin, disamping orang tuanya yang juga kurang mengarahkan. Maka jangan bermalas-malasan, bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan jujur. Agar kelak masa tuamu tidak susah dan menyusahkan.
-----
Ou ou ou tanggapan beliau tak seperti yang aku bayangkan. Flashback  mengenai bio yang tercantum dalam instagramku yaitu muda hura-hura, tua bahagia, mati masuk surga sangat perlu diabaikan. Aku sendiri belum ingin menggantinya, biarlah seperti itu. Tidak ingin merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Baik buruknya kita, kita yang lebih tahu. Jadi berhentilah untuk terlihat baik, baiknya sungguhan saja ya 😃.

Terakhir,

Jika kita bersedih, doakan dan upayakanlah kebahagian bagi orang lain. Itu lebih baik daripada hanya bersedih.

Tuhan lebih mencintai kita jika didalam kekurangan, kita mendoakan dan membantu orang lain mencapai kelebihan.

Tuhan melihat kita, maka bersikaplah yang baik. Tuhan mendengar kita, batinlah dan katakan hanya yang baik.

Tidak ada kebaikan kita yang sia-sia, maka bersabarlah dalam penantian. Kebaikan adalah hak orang baik, sabarlah.

Jika kita ingin menangis, menangislah. Air mata adalah doa saat bibir kita tak mampu berkata-kata.

Jangan tanyakan dimana Tuhan  saat kita minta tolong, tapi ingatlah dimana kita saat Tuhan memanggil untuk mendekat.

Maka, dekatkanlah diri kita kepada Tuhan dalam doa dan upaya yang jujur.

Bersabarlah jangan menyerah.  

0 komentar:

Posting Komentar