Senin, 22 Agustus 2016

Perjalanan Hidup


Kita tidak pernah tahu seberapa panjang perjalanan hidup seseorang saat pertama kali berjumpa dengannya. Bahkan orang yang kita kenal disekolah, kantor, tetangga, boleh jadi kita juga tidak tahu seberapa panjang perjalanan hidupnya. Seberapa dalam luka yang pernah dia terima, kemudian sembuh. Seberapa keras hidup ini menyakitinya, kemudian dia mampu melewatinya.

Perpisahan, pertengkaran, kegagalan, hilangnya cita-cita entah apalagi yang pernah dilaluinya dengan merangkak. Itu adalah bagian yang tersembunyi, tidak nampak dari luar. Tetapi kita selalu bisa merasakan perjalanan hidup tersebut membentuk seseorang.

Orang-orang yang sungguh bijak, menyenangkan untuk bicara dengannya, boleh jadi dia telah melewati begitu banyak kehidupan yang menyakitkan.

Orang-orang yang wajahnya damai, tersenyum lembut, sangat menentramkan menatapnya, boleh jadi adalah orang yang pernah melewati badai kehidupan besar, dan dia tidak tenggelam, justru tumbuh dengan dalamnya penerimaan dan ketulusan.

Jika kita bersedia memperhatikan, banyak sekali orang-orang yang disekitar kita, guru-guru kita, tetangga kita, bahkan orang-orang yang kita lewati saat menuju sekolah, kantor, mereka ada disekitar kita, orang-orang dengan perjalanan hidup yang panjang, sesederhana apapun kehidupannya. Pun tambahkan, besok lusa, giliran kitalah yang menjadi bagian dari orang-orang tersebut.

Apakah kita akan tumbuh dengan wajah yang menyenangkan? Senyum yang damai? Bola mata yang menatap teduh? Kalimat-kalimat yang menginspirasi? Aktivitas yang penuh manfaat?. Sungguh beruntung jika kita tumbuh dengan itu semua. Atau sebaliknya, wajah kita tidak enak dilihat, senyum kita kecut, apalagi bola mata, menatap sinis dan penuh dengan aura kebencian, tetap rakus akan dunia, tetap sibuk pamer dan sebagaiya. Bayangkan saat usia kita 50-60 tahun kelak, kita akan menjadi yang mana?.

Terkadang, kita tidak perlu sibuk mencari ”guru kehidupan” dalam hidup ini. Boleh jadi, kita sendirilah “guru kehidupan” tersebut. Sepanjang terus memperbaiki diri. Apapun tidak bisa menumbangkan kita dalam hidup ini, jadikanlah sebagai pupuk kehidupan. Lihatlah batu berharga, permukaannya diasah dengan benda keras (gerinda), sepanjang dia tidak pecah, maka besok lusa, dia akan menjadi kemilau indah. Mulailah menyadari perjalan hidup kita sejak muda, semoga itu membuat kita selalu mawas diri.
.
.
.
.
.

#repost Tere Liye
sumber gambar: edelweisbasah

0 komentar:

Posting Komentar