Kamis, 22 September 2016

Jurus Pamungkas dan Energi Positif


6 jurus pamungkas kehidupan
  1. Kita menjadi kuat dari orang-orang yang yang menyakiti kita. Rasa sakit itu ibarat “racun” yang membuat kebal. Berdiri tegak melewati seluruh sesaknya.
  2. Kita menjadi bijak, dari orang-orang yang menghina kita. Setiap hinaan akan membuat kita paham, toh apapun yang kita lakukan, ada saja yang tidak suka.
  3. Kita belajar banyak justru dari orang-orang yang tidak sependapat dengan kita, mengkritik, pun menghina karya kita. Belajar dari sudut pandang mereka, dijadikan masukan yang amat berharga.
  4. Kita menjadi pemberani, dari orang-orang atau situasi yang menganggap kita pengecut. Bahwa satu-satunya ketakutan yang harus dikalahkan justru adalah rasa takut itu sendiri.
  5. Kita menjadi berharga, dari orang-orang yang pergi meninggalkan kita. Pun dari orang-orang yang melupakan kita. Bahwa semua hal didunia ini penting dan ada tujuannya. Tidak peduli jika orang lain telah pergi memilih yang lain. Sekecil apapun, semua tetap berharga.
  6. Terakhir, kita menjdi lebih bahagia justru dari sesuatu yang tidak kita miliki. Ketika rasa syukur tetap menyertai, melepaskan dengan tulus nan lapang. Sungguh tiada bahagia yang bisa mengalahkannya lagi.

*Tere Liye

Energi Positif

Ketika aku berfikir negatif pada seseorang tanpa bukti,
Tanpa sadar aku telah menghakimi orang itu

Lebih mudah mana?
Berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam disepanjang jalanan,
Atau memakai sepatu agar kaki tidak terluka?

Lebih mudah mana?
Berusaha mensteril semua tempat agar tak ada kuman,
Atau memperkuat daya tahan tubuh kita sendiri?

Lebih mudah mana?
Berusaha mencegah setiap mulut agar tidak bicara sembarangan,
Atau menjaga hati kita sendiri agar tidak mudah tersinggung?

Lebih penting mana?
Berusaha menguasai orang lain,
Atau belajar menguasai diri sendiri?

Yang penting bukan bagaimana orang harus baik padaku,
Melainkan bagaimana aku berusaha baik pada orang lain

Bukan orang lain yang membuat aku bahagia,
Melainkan diriku,
sikap diriku sendirilah yang menentukan aku bahagia atau tidak.

Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini,
Tidak akan terulang kembali
Namun ada satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan,
Yaitu belajar dari masa lalu untuk hari sok yang lebih baik

Hidup adalah proses
Hidup adalah belajar
Tanpa ada batas umur

Setiap tempat adalah sekolah kehidupan

Setiap orang adalah guru kehidupan

Setiap peristiwa adalah ilmu kehidupan



Beginilah Kita


Puisi terakhir WS Rendra. Beliau tulis sesaat sebelum wafat

Hidup ini seperti uap, yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap
Ketika orang memuji milikku, aku berkata bahwa ini hanya titipan saja

Bahwa mobilku adalah titipanNya
Bahwa rumahku adalah titipanNya
Bahwa hartaku adalah titipanNya
Bahwa putra-putriku adalah titipanNya

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
Megapa Dia menitipkannya padaku?
Untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku?

Dan kalau bukan milikku,
Apa yang seharusnya aku lakukan untuk milikNya ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
Ketika titipan itu diminta kembali olehNya.

Malahan ketika diminta kembali,
Kusebut itu musibah, kusebut itu ujian, kusebut itu petaka
Kusebut itu apa saja untuk melukiskan bahwa semua itu adalah derita

Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi.
Aku ingin lebih banyak harta
Aku ingin lebih banyak mobil
Aku ingin lebih banyak rumah
Aku ingin lebih banyak popularitas

Dan ku tolak sakit
Ku tolak kemiskinan
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasihNya
Harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendaku

Aku rajin beribadah,
Maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku

Betapa curangnya aku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagangku,
Dan bukanlah kekasih

Kuminta Dia membalas perlakuan baikku
Dan menolak keputusanNya yang tidak sesuai dengan keinginanku

Duh Allah....

Padahal setiap hari kuucapkan
Hidupku dan matiku, hanyalah untukMu ya Allah. Ampuni aku ya Allah

Mulai hari ini,
Ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan
Dan menjadi bijaksana
Mau menuruti kehendakMu saja ya Allah

Sebab aku yakin
Engkau akan memberikan anugrah dalam hidupku
KehendakMu adalah yang terbaik bagiku.

Ketika aku ingin hidup kaya,
Aku lupa bahwa hidup itu sendiri adalah sebuah kekayaan

Ketika aku berat untuk memberi
Aku lupa bahwa semua yang aku miliki juga adalah pemberian

Ketika aku ingin menjadi yang terkuat
Aku lupa bahwa dalam kelemahan, Tuhan memberikan aku kekuatan

Ketika aku takut rugi
Aku lupa bahwa hidupku adalah sebuah keberuntungan karena anugrahNya

Ternyata hidup ini sangat indah
Ketika kita selalu bersyukur kepadaNya

Bukan karena hari ini indah kita bahagia
Tetapi karena kta bahagia, maka hari ini menjadi indah

Bukan karena tak ada rintangan kita menjadi optimis
Tetapi karena kita optimis, rintangan akan menjadi tak terasa

Bukan karena mudah kita yakin bisa
Tetapi karena kta yakin bisa, semuanya menjadi mudah

Bukan karena semua baik kita tersenyum
Tetapi karena kita tersenyum maka semua menjadi baik

Tak ada hari yang menyulitkan kita
Kecuali kita sendiri yang membuat sulit

Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar
Cukuplah menjdi jalan setapak yang dapat dilalui orang

Bla kita tidak dapat menjadi matahari
Cukuplah menjadi lentera yang dapat menerangi sekitar kita

Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang
Maka berdoalah untuk kebaikan

Jumat, 02 September 2016

Alhasil


Sifanajawiyyah, panggilan bekennya Nenek. Hampir setaun ini bersama. Dipertemukan Tuhan pertama kali 14 September 2015 di ruang 301. Manis, asam asin kek Nano-nano udah terlewati semua. Dan puncaknya pada hari rabu, 24 Agustus 2016 sidang bareng di hari yang sama, hanya berbeda jam saja. Dapat Dosen Pembimbing sama otomatis kalau mau bimbingan juga bareng, cari buku ke pasar senen buat referensi bareng, ngerjain paper bareng, satu doang yang belum pernah bareng yaitu mandi (hehehe).

1 September pukul 21.00 hasil ujian sidang keluar, big thanks God. Finally setelah maju mundur cantik selama proses jihad, terwujud sudah apa yang telah menjadi harapan kami dan juga harapan orang tua. Tidak minta lebih, hanya minta dicukupkan saja.
Teman sekelas 11.8A.09 : Yelly Nur Septiana, Dwi Sutantini Khoiriyah, Andronias Siregar, Eko Yulianto, Gunadi Rino Prayogo, Tri Hary Arman, Lala Sarumaha, Regent Renaldo Oktatora, Sumardi, Iwan Setiawan dan Daniel Ariesta.

Teman sebimbingannya Bapak Rudianto M.Kom dan Ibu Narti M.Kom : Petrus Hari Kurniawan, Iwa Kartiwa, Siti Nur Fiana, Jajat Munajat, Alice, Tri Yunita, Khaerul Anwar, Alfaqih dan Rully Sabta Alviansyah.

Selamat dan sukses buat semuanya, bisa lulus tepat waktu dan wisuda bareng. Kalian pejuang yang hebat, tidak ada hasil karya yang sempurna, cara pandang penguji yang berbeda menilainya. Kalian sudah menciptakan hasil karya yang tidak pernah terlupakan sepanjang hidup. Tidak ada hasil yang menghianati proses.

Yang masih tinggal, terus semangat dan yakin bahwa kalianpun akan segera menyejajarkan langkah. Hanya soal waktu. Belum lulus maupun telah lulus bukan berarti in adalah akhir dari segalanya tapi justru ini adalah awal dari segalanya. Mudah-mudahan apa yang telah kita dapat dari semua ini dapat menjadi pijakan yang kuat untuk kita menghadapi masa depan, dan semoga imanpun selalu turut menyertai kita agar nantinya diri ini lengkap sudah menjadi pribadi yang berilmu dan berakhlaq baik. Aamiin....

Tidak ada yang pergi dari hati.
Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan.
Tere Liye

See you on 20th November friends, in sya Allah. We will wear and throwing academic gown together.