Selasa, 21 Juni 2016

Ramadhan 1437H



Lihat kalender pagi ini jadi tahu bahwa sekarang tanggal 21 Juni bertepatan dengan 16 Ramadahan. Ini berarti telah  memasuki 10 hari kedua Ramadhan. Sejak jumat malam kemarin, sekitar pukul 21.00 langit sudah mulai menangis sebab Ramadhan akan segera berlalu. Yah, sudah setengah perjalanan Ramadhan, dan itu artinya setengah perjalanan lagi Ramadhan akan benar-benar berakhir.

Beberapa hari kemarin saya mendengar tausiyah di salah satu stasiun TV swasta, acara tersebut diisi seorang Ustadz, Kyai dan Habib. Masing-masing menyampaikan tentang tema yang berbeda. Diantara ketiga pembicara tersebut, Hanya satu yang namanya saya ingat yaitu Kyai Haji Tengku Zulkarnain.

Apa yang disampaikan Kyai Haji Tengku Zulkarnain. menurutku adalah yang paling menarik yaitu mengenai “kamatian adalah sebuah kepastian”. Manarik karena dalam penyampaiannya ada selipan lagu religi. Kurang lebih berikut liriknya:

Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur dipembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Sekujur badan kan kedinginan

Tiada lagi gunanya harta
Kawan karib, sanak saudara
Jikalah ada amal didunia
Itulah hanya pembela kita

Janganlah mau disanjung-sanjung
Engkau digelar manusia agung
Sadarlah diri tahu diuntung
Sebelum masa keranda diusung

Datang masanya insyaflah diri
Selimut putih pembalut badan
Tinggal semua yang dikasihi
Berjuanglah hidup sepanjang zaman

Sebenarnya tiap hari ahad sekitar pukul 9 pagi kalau ada ibu-ibu pengajian di Mushola sebelah, saya juga sering mendengar lagu ini, dan saya merasa biasa-biasa saja. Tapi entah kenapa saat Kyai Haji Tengku Zulkarnain bawakan lagu tersebut apa yang didengar lewat telinga bisa begitu saja sampai ke hati dan seketika meneteslah air mata. Ampuni aku Tuhan, ternyata diri ini sangat jauh dari status baik. Hubunganku dengan sesama, hubunganku denganMu bahkan hubunganku dengan diri sendiri jauh benar dari kata baik.  Terima kasih masih memberiku waktu dan kesempatan, bantu aku agar tetap semangat memperbaiki diri dan dapat menjadi hamba sholehah yang berbakti kepadaMu, kepada orang tua dan hamba yang dapat bermanfaat bagi sesama. Aamiin.... Ya Robbal ‘Aalamiin....

Mudah-mudahan Ramadahan kali ini dan seterusnya, puasa kita bisa seperti puasanya kupu-kupu bukan puasanya ular.

Kupu-kupu, serangga indah bersayap lebar ciptaan Dia Yang demikian indahnya. Sebelum menjadi kupu-kupu, kupu-kupu berpuasa agar metamorfosisnya sempurna. Dari telur, ulat, kepompong dan berakhir menjadi kupu-kupu. Diharapkan kita bisa seperti kupu-kupu, setelah berpuasa nantinya kita bisa menjadi pribadi yang berubah lebih baik. Aamiin....

Ular,  hewan melata yang dapat mematikan manusia dan hewan lainnya dengan bisanya. Ular juga berpuasa untuk beberapa waktu lamanya. Puasanya ular ini untuk pergantian kulit. Makanya kita pernah menemukan sisik ular saat kita bermain dulu. Setelah ular berpuasa dan sisiknya berganti, apakah ular tersebut berubah menjadi bentuk lain yang bukan ular? Tentu jawabannya tidak, ular tersebut pasti akan tetap menjadi ular. Jika dikaitkan dengan puasa kita tadi, maka janganlah puasa kita seperti puasanya ular. Setelah puasa selesai, tidak ada perubahan yang lebih baik dari diri kita. Kita masih saja seperti sebelumnya.

Dapat dimengertikah maksud saya tersebut??? Ya Allah, susah juga menjelaskan lewat tulisan. Mudah-mudahan Tuhan memberi rizqi pemahaman agar pembaca dapat mengerti dengan baik dan tidak menimbulkan makna ambigu. Intinya, mudah-mudahan setelah kita berpuasa kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. yang indah akhlaknya baik dalam tutur kata, hati, pikiran dan tingkah laku. Aamiin....

Puasa, kupu-kupu dan ular ini salah satu hasil jiping (ngaji kuping) yang masih saya ingat dari Ustad Amir A’lamuddin. Masih ada banyak juga kata-kata beliau hasil dari jiping yang masih saya ingat sampai saat ini. Rasa-rasanya sudah lama sekali tidak pernah mendengarkan pengajiannya. Sudah sangat lama juga ternyata tidak bertemu dengan beliau. Tuhan, Panjangkan umurnya dalam kesehatan, kebahagian dan keberkahan. Aamiin....

0 komentar:

Posting Komentar