Lihat
kalender pagi ini jadi tahu bahwa sekarang tanggal 21 Juni bertepatan dengan 16
Ramadahan. Ini berarti telah memasuki 10
hari kedua Ramadhan. Sejak jumat malam kemarin, sekitar pukul 21.00 langit
sudah mulai menangis sebab Ramadhan akan segera berlalu. Yah, sudah setengah
perjalanan Ramadhan, dan itu artinya setengah perjalanan lagi Ramadhan akan
benar-benar berakhir.
Beberapa
hari kemarin saya mendengar tausiyah di salah satu stasiun TV swasta, acara
tersebut diisi seorang Ustadz, Kyai dan Habib. Masing-masing menyampaikan
tentang tema yang berbeda. Diantara ketiga pembicara tersebut, Hanya satu yang
namanya saya ingat yaitu Kyai Haji Tengku Zulkarnain.
Apa
yang disampaikan Kyai Haji Tengku Zulkarnain. menurutku adalah yang paling
menarik yaitu mengenai “kamatian adalah sebuah kepastian”. Manarik karena dalam
penyampaiannya ada selipan lagu religi. Kurang lebih berikut liriknya:
Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur dipembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Sekujur badan kan kedinginan
Tiada lagi gunanya harta
Kawan karib, sanak saudara
Jikalah ada amal didunia
Itulah hanya pembela kita
Janganlah mau disanjung-sanjung
Engkau digelar manusia agung
Sadarlah diri tahu diuntung
Sebelum masa keranda diusung
Datang masanya insyaflah diri
Selimut putih pembalut badan
Tinggal semua yang dikasihi
Berjuanglah hidup sepanjang zaman
Sebenarnya
tiap hari ahad sekitar pukul 9 pagi kalau ada ibu-ibu pengajian di Mushola sebelah,
saya juga sering mendengar lagu ini, dan saya merasa biasa-biasa saja. Tapi entah
kenapa saat Kyai Haji Tengku Zulkarnain bawakan lagu tersebut apa yang didengar
lewat telinga bisa begitu saja sampai ke hati dan seketika meneteslah air mata.
Ampuni aku Tuhan, ternyata diri ini sangat jauh dari status baik. Hubunganku dengan
sesama, hubunganku denganMu bahkan hubunganku dengan diri sendiri jauh benar
dari kata baik. Terima kasih masih
memberiku waktu dan kesempatan, bantu aku agar tetap semangat memperbaiki diri dan
dapat menjadi hamba sholehah yang berbakti kepadaMu, kepada orang tua dan hamba
yang dapat bermanfaat bagi sesama. Aamiin.... Ya Robbal ‘Aalamiin....
Mudah-mudahan
Ramadahan kali ini dan seterusnya, puasa kita bisa seperti puasanya kupu-kupu
bukan puasanya ular.
Kupu-kupu,
serangga indah bersayap lebar ciptaan Dia Yang demikian indahnya. Sebelum
menjadi kupu-kupu, kupu-kupu berpuasa agar metamorfosisnya sempurna. Dari
telur, ulat, kepompong dan berakhir menjadi kupu-kupu. Diharapkan kita bisa
seperti kupu-kupu, setelah berpuasa nantinya kita bisa menjadi pribadi yang berubah
lebih baik. Aamiin....
Ular,
hewan melata yang dapat mematikan
manusia dan hewan lainnya dengan bisanya. Ular juga berpuasa untuk beberapa
waktu lamanya. Puasanya ular ini untuk pergantian kulit. Makanya kita pernah
menemukan sisik ular saat kita bermain dulu. Setelah ular berpuasa dan sisiknya
berganti, apakah ular tersebut berubah menjadi bentuk lain yang bukan ular?
Tentu jawabannya tidak, ular tersebut pasti akan tetap menjadi ular. Jika
dikaitkan dengan puasa kita tadi, maka janganlah puasa kita seperti puasanya
ular. Setelah puasa selesai, tidak ada perubahan yang lebih baik dari diri
kita. Kita masih saja seperti sebelumnya.
Dapat
dimengertikah maksud saya tersebut??? Ya Allah, susah juga menjelaskan lewat
tulisan. Mudah-mudahan Tuhan memberi rizqi pemahaman agar pembaca dapat
mengerti dengan baik dan tidak menimbulkan makna ambigu. Intinya, mudah-mudahan
setelah kita berpuasa kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. yang indah
akhlaknya baik dalam tutur kata, hati, pikiran dan tingkah laku. Aamiin....
Puasa,
kupu-kupu dan ular ini salah satu hasil jiping (ngaji kuping) yang masih saya
ingat dari Ustad Amir A’lamuddin. Masih ada banyak juga kata-kata beliau hasil
dari jiping yang masih saya ingat sampai saat ini. Rasa-rasanya sudah lama
sekali tidak pernah mendengarkan pengajiannya. Sudah sangat lama juga ternyata
tidak bertemu dengan beliau. Tuhan, Panjangkan umurnya dalam kesehatan,
kebahagian dan keberkahan. Aamiin....
0 komentar:
Posting Komentar